14 Juni 2013

Piala Konfederasi: Taruhan Nama Bagi Brasil

Brasil
Brasil menjadikan Piala Konfederasi 2013 sebagai pembuktian kekuatan menjelang Piala Dunia 2014. Misi yang tidak mudah karena Spanyol bisa merecoki.

Pada akhir era 1990-an hingga awal 2000-an, sepak bola Brasil tengah berada di masa keemasan. Titel juara piala Dunia 2002 serta tiga trofi Copa America pada 1997, 1999 serta 2004 menjadi bukti kesuksesan. Tak ayal, Brasil disebut-sebut sebagai kiblat sepak bola.

Akan tetapi belakangan sebutan itu meulai pudar seiring penuirunan prestasi Selecao. Sejak meraih trofi Piala Konfederasi 2009, tidak ada lagi gelar jawara yang direbut Brasil. Sialnya, pada saat yang bersamaan, Spanyol ganti melejit. Secara berturut-turut, La Furia Roja menyabet titel Piala Eropa 2008, Piala Dunia 2010 dan Piala Eropa 2012.

Sukses itu diiringi dengan pergeseran persepsi tentang timnas terbaik di muka bumi. Kini, Spanyol yang berhak mendapat predikat sebagai timnas terkuat, menggeser Selecao.

Kenyataan tersebut tentu tidak mengenakkan bagi Brasil. Oleh karena itu, Piala Konfederasi 2013 bisa menjadi ajang yang tepat bagi Selcao untuk bangkit. Apalagi Selcao terbukti memiliki catatan apik di Piala konfederasi. Hingga kini, koleksi tiga trofi juara Piala Konfederasi yang diraih Selecao pada 1997, 2005, 2009 belum bisa disaingi tim manapun.

Akan tetapi resiko juga menyertai kiprah Neymar dkk di Piala Konfederasi 2013. Andai gagal meraih sukses, reputasi mereka bakal semakin tenggelam. Selain itu moril pemain rawan terpukul. Kondisi itu jelas tidak edeal untuk menyambut Piala Dunia 2014 yang bakal digelar di negeri sendiri.

Brasil bukanlah kandidat jawa utama. Eks bintang Selecao, Ronaldo malah menjagokan Spanyol. "Sekarang Spanyol adalah favorit juara. Mereka adalah raja Eropa dan dunia," kata dia.

La Furia Roja juga menyadari status favorit yang mereka sandang. Namun, itu bukannya membebani. Spanyol justru makin bersemangat meraih sukses. "Sungguh menyenangkan bisa hadir di turnamen yang belum pernah kami menangi. Khusus bagiku, aku sangat senang bisa tergabung dalam tim. Kami melihat ke depan, kami berharap menjadi tim terakhir yang bertahan di turnamen dan pulang membawa trofi," tutur  striker Fernando Torres.

Spanyol punya modal besar. Basis kekuatan mereka masih solid. Berbeda dengan Brasil. Menjelang turnamen, performa Selecao belum stabil. Sebelum menang atas Prancis pada Minggu (9/6), Brasil ditahan seri oleh Inggris pada laga persahabatan pada Senin (3/6) di stadion Maracana.

Hasil imbang tentu tidak memuaskan. Tapi Brasil tidak kecil hati. "Kami makin mengenal satu sama lain. Kami semakin tahu pergerakan dan posisi rekan-rekan kami. Pada babak pertama terlihat jelas kami melakukan sentuhan satu dua. Kami bakal bertambah baik," kata Neymar.

Tiada korelasi

Brasil memang berambisi meraih sukses di Piala Konfederasi  2013. Mereka memandang ajang ini sebagai momen untuk menakar kekuatan demi persiapan ke Piala Dunia 2014. Karena dilangsungkan di negeri sendiri, Selecao tak mau kehilangan muka.

Akan tetapi seharusnya Selecao tidak terlalu mementingkan hasil. Terpenting bagi mereka adalah menemukan fondasi  yang lebih tepat bagi Piala Dunia 2014. Pasalnya tidak ada korelasi antara sukses di Piala Konfederasi dan keberhasilan di Piala Dunia.

Contoh nyata bisa dilihat dari tiga keberhasilan Selecao di Piala Konfederasi. Pada 1997, mereka menjadi jawara. Namun di Piala Dunia 1998, Selecao harus puas finis sebagai runner up. Piala Konfederasi 2005 memperlihatkan gejala serupa. Selecao meraih trofi juara, tetapi mereka malah terhenti di perempat final Piala Dunia Piala Dunia 2006. Pencapaian serupa diukir pada Piala Dunia 2010, padahal Selecai menjuarai Piala Konfederasi 2009.

Oleh karena itu, lebih penting bagi Selecao untuk bermain lepas. Piala Konfederasi 2013 bukan segala-galanya.

0 comments:

Posting Komentar

 

Subscribe to our Newsletter

Contact our Support

Email us: antoniachekov@gmail.com

Our Team Memebers