Agar tak mendapat hukuman, pemain Brasil berkulit hitam harus pandai bergoyang.
Dalam bukunya, Futebol, The Brazilian Way of Life, Alex Bellos menceritakan perkembangan sepak bola di Brasil sangat dahsyat. Ada beberapa hal yang membuat masyarakat di sana begitu menggilai olah raga satu ini, bahkan sudah muncul sejak anak-anak. Menurut Bellos, awalnya banyak uang menyeut sepak bola begitu mendunia di Brasil karena merupakan olah raga paling murah.
Bukannya apa-apa, tingkat kemiskinan di negara berpenduduk sekitar 183 juta jiwa itu cukup tinggi. itu meliputi kurangnya perawatan medis, sulitnya fasilitas air bersih dan sanitasi. Bahkan sudah menjalar ke akses pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan. Sepak bola jelas olah raga yang cukup murah. Hanya membutuhkan satu bola dan bisa dimainkan banyak orang. Tempatnya pun bisa di mana saja. Bisa di gang rumah, sepanjang jalan atau pantai.
Berdasar itu, hampir semua kaki anak-anak di Brasil tak bisa berjauhan dari bola. Terlebih, dari sepak bola, bisa meningkatkan status sosial mereka. Para orang tua sudah menanamkan dalam diri anak-anaknya agar tak terlalu rajin belajar. Cukup dengan pintar sepak bola sudah bisa hidup. Ya, sepak bola dianggap sebagai jalan untuk memperbaiki taraf hidup.
Hanya itukah? Tidak. Dalam bukunya, Bellos menceritakan orang-orang di Brasil menggemari sepak bola karena cinta. Tanpa satu kata itu, Brasil tak akan mendewakan sepak bola. Benar, Brasil begitu mencintai sepak bola. Sebaliknya, sepak bola juga mencintai Brasil.Faktanya, Brasil sebagai satu-satunya negara yang belum pernah absen dalam setiap gelaran Piala Dunia sejak 1930. Mereka juga yang paing sering menjadi juara, sebanyak lima kali (1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002).
Kecintaan anak-anak Brasil pada sepak bola sejak dini dikagumi penyerang timnas Inggris, Jermain Defoe. Jelang laga persahabatan Brasil kontra Inggris (2/6), dia tercengang dengan anak-anak Brasil yang piawai bermain sepak bola sejak dini. Mereka disebutnya memiliki keterampilan dan teknik yang lebih baik dari pemain profesional di Inggris. Saat itu Defoe dan Theo Walcott didaulat mengisi sebauah acara amal bertajuk Bola Pra Frente di Rio de Jeneiro.
"Brasil tak kekurangan pemain berbakat karena sepak bola sudaj menjadi makanan sehari-hari sejak anak-anak," tutur Defoe kepada The Sun.
Budaya Tari
Dis sisi lain, ketenaran sepak bola Brasil tak lepas dari ciri khas permainan mereka. Bahkan berkat itu, mereka bisa menguasai dunia. Timnas Brasil dijuluki Tim Samba karena gaya pemain saat mengolah bola mirip seperti sedang bergoyang tari Samba. Menurut sosiolog asal Brasil, Gilberto de Mello Freyre, dalam tulisan di bukunya, The Masters And Slaves: A Study in The Development of Brazilian Civilization, masyarakat Brasil memiliki banyak ritus untuk memuja kesenangan duniawi. Salah satunya Samba. Oleh kareanya, Brasil memiliki agenda tahunan karnaval di Rio de Jeneiro sebagai wujud kekayaan seni tari mereka.
Lantas kapan masuknya gaya Samba ke sepak bola? Seperti halnya tari Samba yang berakar dari orang-orang kulit Afrika, Brasil pun tak lepas dari orang-orang kulit hitam yang merupakan golongan budak. Memang, perbudakan di Brasil telah dihapus sejak lama. Tapi anggapan orang kulit hitam lebih rendah kedudukannya dari orang kulit putih masih ada kala itu. Di sepak bola, pemain kulit hitam dilarang bersentuhan dengan pemain kulit putih. Andai terjadi, maka akan mendapat hukuman, yakni dipukul atau ditendang.
Oleh karenanya, agar tak 'dianiaya', para pemain kulit hitam Brasil lalu menciptakan gerakan tipuan untuk menghindar dari kontak fisik. Ternyata mereka mengaplikasikan seni tari yang dikuasai ke lapangan hijau. Pada akhirnya pemain Brasil berkulit hitam menggunakan kemampuan tarinya dalam bermain sepak bola.
Faktanya itu sangat berguna untuk menghindari terjangan lawan. Seiring perkembangan zaman, semua pemain Brasil pun berusaha untuk menggabungkan seni tari dan olah bola di lapangan. Karena tari yang paling dikenal di Brasil adalah Samba, maka goyangan di lapangan disebut goyang Samba.
Dalam bukunya, Futebol, The Brazilian Way of Life, Alex Bellos menceritakan perkembangan sepak bola di Brasil sangat dahsyat. Ada beberapa hal yang membuat masyarakat di sana begitu menggilai olah raga satu ini, bahkan sudah muncul sejak anak-anak. Menurut Bellos, awalnya banyak uang menyeut sepak bola begitu mendunia di Brasil karena merupakan olah raga paling murah.
Bukannya apa-apa, tingkat kemiskinan di negara berpenduduk sekitar 183 juta jiwa itu cukup tinggi. itu meliputi kurangnya perawatan medis, sulitnya fasilitas air bersih dan sanitasi. Bahkan sudah menjalar ke akses pendidikan, kesehatan dan lapangan pekerjaan. Sepak bola jelas olah raga yang cukup murah. Hanya membutuhkan satu bola dan bisa dimainkan banyak orang. Tempatnya pun bisa di mana saja. Bisa di gang rumah, sepanjang jalan atau pantai.
Berdasar itu, hampir semua kaki anak-anak di Brasil tak bisa berjauhan dari bola. Terlebih, dari sepak bola, bisa meningkatkan status sosial mereka. Para orang tua sudah menanamkan dalam diri anak-anaknya agar tak terlalu rajin belajar. Cukup dengan pintar sepak bola sudah bisa hidup. Ya, sepak bola dianggap sebagai jalan untuk memperbaiki taraf hidup.
Hanya itukah? Tidak. Dalam bukunya, Bellos menceritakan orang-orang di Brasil menggemari sepak bola karena cinta. Tanpa satu kata itu, Brasil tak akan mendewakan sepak bola. Benar, Brasil begitu mencintai sepak bola. Sebaliknya, sepak bola juga mencintai Brasil.Faktanya, Brasil sebagai satu-satunya negara yang belum pernah absen dalam setiap gelaran Piala Dunia sejak 1930. Mereka juga yang paing sering menjadi juara, sebanyak lima kali (1958, 1962, 1970, 1994 dan 2002).
Kecintaan anak-anak Brasil pada sepak bola sejak dini dikagumi penyerang timnas Inggris, Jermain Defoe. Jelang laga persahabatan Brasil kontra Inggris (2/6), dia tercengang dengan anak-anak Brasil yang piawai bermain sepak bola sejak dini. Mereka disebutnya memiliki keterampilan dan teknik yang lebih baik dari pemain profesional di Inggris. Saat itu Defoe dan Theo Walcott didaulat mengisi sebauah acara amal bertajuk Bola Pra Frente di Rio de Jeneiro.
"Brasil tak kekurangan pemain berbakat karena sepak bola sudaj menjadi makanan sehari-hari sejak anak-anak," tutur Defoe kepada The Sun.
Budaya Tari
Dis sisi lain, ketenaran sepak bola Brasil tak lepas dari ciri khas permainan mereka. Bahkan berkat itu, mereka bisa menguasai dunia. Timnas Brasil dijuluki Tim Samba karena gaya pemain saat mengolah bola mirip seperti sedang bergoyang tari Samba. Menurut sosiolog asal Brasil, Gilberto de Mello Freyre, dalam tulisan di bukunya, The Masters And Slaves: A Study in The Development of Brazilian Civilization, masyarakat Brasil memiliki banyak ritus untuk memuja kesenangan duniawi. Salah satunya Samba. Oleh kareanya, Brasil memiliki agenda tahunan karnaval di Rio de Jeneiro sebagai wujud kekayaan seni tari mereka.
Lantas kapan masuknya gaya Samba ke sepak bola? Seperti halnya tari Samba yang berakar dari orang-orang kulit Afrika, Brasil pun tak lepas dari orang-orang kulit hitam yang merupakan golongan budak. Memang, perbudakan di Brasil telah dihapus sejak lama. Tapi anggapan orang kulit hitam lebih rendah kedudukannya dari orang kulit putih masih ada kala itu. Di sepak bola, pemain kulit hitam dilarang bersentuhan dengan pemain kulit putih. Andai terjadi, maka akan mendapat hukuman, yakni dipukul atau ditendang.
Oleh karenanya, agar tak 'dianiaya', para pemain kulit hitam Brasil lalu menciptakan gerakan tipuan untuk menghindar dari kontak fisik. Ternyata mereka mengaplikasikan seni tari yang dikuasai ke lapangan hijau. Pada akhirnya pemain Brasil berkulit hitam menggunakan kemampuan tarinya dalam bermain sepak bola.
Faktanya itu sangat berguna untuk menghindari terjangan lawan. Seiring perkembangan zaman, semua pemain Brasil pun berusaha untuk menggabungkan seni tari dan olah bola di lapangan. Karena tari yang paling dikenal di Brasil adalah Samba, maka goyangan di lapangan disebut goyang Samba.
0 comments:
Posting Komentar