Robin van Persie mengungkapkan lika liku proses hijrahnya dari Arsenal ke Manchester United. Van Persie akhirnya ditransfer ke MU dengan nilai £24 juta tahun lalu.
Sisanya adalah sejarah. Van Persie tampil prima di paruh pertama Liga Primer Inggris musim 2012/13 dan kemudian mempersembahkan gelar juara untuk United. Secara individual, Van Persie juga terbilang sukses dengan menggondol sepatu emas sebagai topskor dan masuk dalam tim terbaik liga musim ini.
Ternyata, tidak mudah untuk meraih semuanya. Sebelum tiba di Old Trafford, Van Persie harus menunggu persetujuan Arsenal untuk melepasnya.
"Memang sulit karena bukan hanya saya yang memutuskan ke mana saya ingin bermain," ujar pemain 29 tahun ini kepada MUTV.
"Nasib saya juga tergantung pada bekas klub saya dan bagaimana mereka menilainya. Tentu saja kita selalu harus terlibat dalam semacam permainan yang dimainkan para direksi."
"Rasanya seperti menaiki rollercoaster. Satu hari situasi tampak lancar dan di hari lain memburuk. Kita tidak pernah tahu apa yang harus diharapkan karena keadaan berubah begitu cepat. Biasanya tergantung pada si pemain dan dua tim, tetapi untuk kasus saya, ada dua tim lain yang juga terlibat."
"Satu tim adalah Manchester City dan satu lagi Juventus. Agak rumit, tapi saya selalu menginginkan kepindahan ini sejak awal. Saya dan Sir Alex Ferguson tahu proses transfer ini akan berliku, tapi saya rasa ini membuktikan kalau kita benar-benar menginginkan sesuatu, tidak ada yang mustahil. Saya bahagia akhirnya terwujud."
Van Persie kemudian menceritakan bagaimana dia mengetahui untuk kali pertama mengetahui kepastian transfer.
"Saya berada di bis untuk bermain di timnas Belanda. Seharusnya tidak boleh ada ponsel yang diizinkan, tapi saya tetap membawanya untuk berjaga-jaga," sambungnya.
"Kemudian saya mendengar ada getaran, saya melihat ponsel, dan ada pesan dari agen saya bertuliskan, 'Kesepakatan tercapai dan nikmati pertandingan'. Saya luar biasa lega. Saya juga tidak didenda karena menggunakan ponsel! Agak aneh juga karena komentator mengumumkannya di televisi, padahal saya kira hanya saya yang mengetahuinya. Sejak saat itu segalanya berjalan begitu cepat."
"Hari berikutnya, saya datang untuk menjalani tes medis. Saya pergi melalui kereta dari Brussels ke London untuk melakukan hal-hal yang diperlukan dan kemudian pergi ke Manchester. Satu setengah hari berikutnya sangat sibuk. Saya menjalani sesi latihan pertama dan dua hari kemudian bertanding melawan Everton."
"Ketika berusia 12 tahun dan pergi ke sekolah menengah, biasanya kita bangun pagi-pagi dan gugup untuk bertemu kawan-kawan baru di sekolah. Rasanya mirip sekali, meski saya sudah kenal beberapa di antaranya."
"Rasanya seperti itu. Saya datang, menyalami semua orang, kami bercanda dan tersenyum, jadi rasanya sudah positif sejak hari pertama."
0 comments:
Posting Komentar