Sebagai kompetisi yang mempertemukan tim-tim terbaik dari tiap benua, Piala Konfederasi telah melalui perjalanan panjang untuk menjadi sebuah mini turnamen yang punya nilai tinggi. Dari sebuah turnamen yang digelar Raja Arab, kini sudah berubah menjadi turnamen yang punya gengsi cukup kuat.
Cikal bakal Piala KOnfederasi bisa dibilang sidah dimulai lebih dari 30 tahun lalu. Tepatnya saat berlangsung Mundialito atau sering disebut Copa de Oro de Campenones Mundialis di Uruguay pada 30 Desember 1980 hingga 10 Januari 1981.
Turnamen ini dilangsungkan untuk memperingati 50 tahun gelaran Piala Dunia. Uruguay yang menjad tuan rumah Piala Dunia pertama berinisiatif menggelar turnamen ini dengan mengundang sejumlah tim yang pernah menjuarai Piala Dunia.
Turnamen lain yang mempertemukan tim-tim terbaik dari benua berbeda dilangsungkan di Italia. Turnamen yang bertajuk Trofi Artemio Franchi ini mempertemukan juara Piala Eropa dan Juara Copa America. Dari dua kali gelaran (1985 dan 1993), Prancis dan Argentina sukses menjadi juara.
Fondasi Piala Konfederasi yang sesungguhnya lahir pada 1992. Adalah raja Arab Saudi saat itu, Fahd bin Abdulaziz Al Saud, berinisiatif menggelar turnamen yang mempertemukan tim-tim terbaik dari empat benua (Asia, Eropa, Afrika, Amerika Selatan).
Turnamen bernama Piala Raja Fahd inilah yang membuat FIFA menolehkan kepala. Piala Raja Fahd sempat dua kali digelar sebelum diambil alih FIFA pada 1997 dan berganti nama menjadi Piala Konfederasi.
Saat itu, Piala Konfederasi digelar setiap dua tahun. Namun sejak 2005, Piala Konfederasi dimainkan setiap empat tahun sekali. Pihak yang menjadi tuan rumah adalah negara yang akan menggelar Piala Dunia pada tahun berikutnya. Seperti yang dilakoni Brasil tahun ini sebagai tuan rumah Piala Dunia 2014.
Menolak Tampil
Perjalanan Piala Konfederasi sejak dipegang langsung oleh FIFA tak selalu berjalan mulus. Sejumlah kendala pernah menyertai, seperti penolakn yang dilakukan beberapa tim untuk mengikuti turnamen yang menjadi agenda FIFA ini.
Jerman menjadi tim yang paling sering menolak berpartisipasi di Piala Konfederasi. Kejadian pertama saat Der Panzer baru saja sukses menjuara Piala Eropa 1996. Akibat penolakan Jerman, FIFA pun meminta Republik Cheska yang menjadi runner up Piala Eropa 1996 untuk mengisi kekosongan wakil Eropa di Piala Konfederasi 1997.
Penolakan Jerman yang kedua terjadi menjelang Piala Konfederasi 2003. Jerman yang saat itu berstatus runner up Piala Dunia 2002 memilih tidak berpartisipasi di Piala Konfederasi untuk mewakili benua Eropa. Sebab, Prancis kala itu berstatus tuan rumah bukan wakil benua. Posisi Der Panzer digantikan Turki yang meraih peringkat ketiga Piala Dunia 2002.
Prancis juga pernah melakukan hal yang sama. Usai menjuarai Piala Dunia 1998, Les Bleus menolak untuk tampil di Piala Konfederasi 1999. Brasil yang menjadi runner up Piala Dunia 1998 dan juara Copa America 1997 ditunjuk sebagai pengganti Prancis.
Entah ada kaitannya dengan penolakan kedua tim tersebut, wakil-wakil Eropa kurang bisa berbicara lantang di Piala Konfederasi. Hanya Prancis dan Denmark yang pernah merengkuh juara. Prancis melakukannya pada 2001 dan 2003 sementara Denmark juara pada 1995.
Tahun ini, untuk pertama kalinya Brasil menjadi tuan rumah Piala Konfederasi. Itu sekaligus memantapkan posisi mereka sebagai tim yang paling sering tampil di ajang empat tahunan itu. Brasil menjadi satu-satunya negara yang pernah tampil dalam enam Piala Konfederasi.
0 comments:
Posting Komentar